
Strategi Pertahanan Prancis: Eksperimen yang Menantang
Pada semifinal UEFA Nations League yang berlangsung di Stuttgart pada 5 Juni 2025, Prancis memilih susunan pertahanan yang cukup berani. Pelatih Didier Deschamps memutuskan memasang Pierre Kalulu di lini belakang. Bersama Kalulu, ada Clément Lenglet dan Ibrahima Konaté yang menjadi tumpuan utama dalam menghalau serangan Spanyol.
Selain itu, Théo Hernandez dipasang sebagai bek sayap kiri, sementara Manu Koné mengisi posisi gelandang bertahan. Kombinasi ini merupakan perpaduan antara pemain muda dan berpengalaman. Namun, susunan ini ternyata menjadi ujian berat bagi Prancis karena serangan Spanyol berjalan sangat efektif.
Spanyol langsung menekan sejak awal pertandingan. Mereka membuka skor lewat Nico Williams di menit ke-22. Tiga menit berselang, Mikel Merino menambah keunggulan menjadi 2-0. Spanyol semakin mendominasi ketika Lamine Yamal mencetak penalti di menit ke-54 dan Pedri menambah gol hanya semenit setelahnya. Total, Spanyol berhasil mencetak 5 gol yang menekan pertahanan Prancis.
Di sisi lain, Prancis berusaha bangkit melalui gol Rayan Cherki. Namun, ketidakharmonisan lini belakang masih menjadi kendala. Gol bunuh diri Dani Vivian dan gol penutup dari Randal Kolo Muani di masa injury time tidak cukup untuk menghindari kekalahan 5-4. Ini menjadi peringatan penting bagi Deschamps mengenai kebutuhan stabilitas pertahanan.
Kylian Mbappé: Berjuang di Tengah Krisis Pertahanan
Kylian Mbappé, kapten sekaligus bintang utama Prancis, tampil penuh semangat meski timnya tertekan hebat. Baru pulih dari cedera, Mbappé kembali memperlihatkan kualitas dunia dengan kecepatan dan insting mencetak gol. Ia membuka gol bagi Prancis melalui tendangan penalti yang sukses.
Mbappé juga aktif menciptakan peluang bagi rekan setimnya. Ia memberi assist yang menghidupkan serangan Prancis dalam beberapa momen krusial. Meski demikian, ia merasa frustrasi dengan ketidakkonsistenan permainan timnya, terutama dalam bertahan.
Menurut Mbappé, ketegangan dan tekanan dari serangan Spanyol membuat tugasnya makin sulit. Namun, ia tetap bertekad menunjukkan performa terbaik demi membawa Prancis kembali ke jalur kemenangan. Penampilannya menjadi bukti bahwa dia tetap menjadi pusat kekuatan tim, meskipun pertahanan kurang solid.
Analisis Performa Pemain
Statistik pertandingan mengungkapkan beberapa hal penting. Spanyol menguasai bola sekitar 62% sepanjang pertandingan, menandakan dominasi mereka dalam pengendalian tempo. Unai Simón, kiper Spanyol, tampil luar biasa dengan beberapa penyelamatan krusial yang menggagalkan peluang Mbappé dan rekan.
Lamine Yamal menjadi pemain paling menonjol bagi Spanyol. Dua gol dan penalti yang berhasil dieksekusinya memperlihatkan kualitasnya sebagai gelandang muda bertalenta. Sementara itu, Pedri dan Mikel Merino juga menunjukkan performa menyerang yang konsisten dan membantu membongkar lini pertahanan Prancis.
Di kubu Prancis, meski kalah dalam penguasaan bola, semangat bertanding tidak surut. Rayan Cherki dan Randal Kolo Muani mencetak gol penting yang sempat menambah harapan tim. Namun, kurangnya koordinasi dalam bertahan menjadi penghalang utama.
Dampak dan Pelajaran untuk Prancis
Kekalahan 5-4 dari Spanyol jelas menjadi momen evaluasi bagi Didier Deschamps dan tim nasional Prancis. Eksperimen formasi pertahanan yang dipilih menunjukkan kelemahan saat menghadapi serangan cepat dan efektif. Pelatih harus mencari kombinasi yang lebih solid untuk menjaga lini belakang tetap rapat.
Meski begitu, daya juang dan kemampuan menyerang tim tetap patut diapresiasi. Mbappé tetap menjadi inspirasi dan motor utama. Semangat anak muda lain seperti Rayan Cherki juga memberi harapan.
Untuk pertandingan-pertandingan berikutnya, Prancis wajib memperbaiki kelemahan pertahanan dan menjaga fokus sepanjang pertandingan. Mereka perlu meningkatkan komunikasi antar pemain belakang dan memperketat marking, terutama saat menghadapi tim dengan serangan balik cepat seperti Spanyol.